Mawar begitu saya memanggilmu. Kesepianmu yang mempertemukan kita. Bulan purnama, aku mengeja namamu yang buta makna. Yang ku tahu, kau menenggelamkan keindahan lain. Aku lupa cara mencintai wanita lain. Tapi suamimu, duri yang menjagamu.
Kau selalu menjanjikan kesetiaan atas pengkhinatan dengan laki-laki yang memberimu buah hati. Katamu, Tuhan tak adil. Kau juga menyalahkan rasa. Dengan tabah aku menemani tubuhmu yang kuyub.
Ilustrasi (Int) |
Mawar, Aku kumbang mencoba bermain api dengan suamimu. Dan kau mawar menggigil menyambutku. Aku tenang, dan aku menang. Suamimu...ah...sudahlah..
Mawar...sayangku mendekaplah. Kita selesaikan hasrat. Lupakan saja suamiku...aku selalu siap mengantinya..kemarilah.
*Asri Ismail (31/8/2015)