Friday 25 January 2013

Tempat itu Bernama Warkop Masa Depan



Membagi Mie. sambil menikmati OL, kami makan bersama-sama.
Malam ini, kembali saya bergulat dengan dengan sunyinya malam. Setelah tadi siang kelelahan menjalankan setumpuk agenda yang agak ruwet. Berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain demi menuntaskan tugas hari itu. Lokasinya sih tidak dibatasi dengan jarak yang begitu jauh, hanya berkutak di daerah kampus, tapi itu cukup membuat saya merasakan tulang-tulang saya terasa remuk.

Saya sebenarnya, ingin bercerita tentang di kesubuhan ini (sambil melihat jam Hp yang menunjukkan pukul 03.33), sebuah tempat baru yang masih berkisar jam-an dibentuk. Saya juga kaget, ketika saya menginjakkan kaki di redaksi tepat pukul 03.00 dini hari, saat itu saya baru saja meninggalkan Istanaku (baca : kamar kosku).  Tempat itu sepintas mirip dengan warkop yang sering dijadikan tempat nongkrong para penggiat malam.

Di pojok redaksi kami itulah, terbangun warkop (katanya, warkop Profesi), saya mencoba mendekati dua orang teman saya yang sedang asik-asiknya membicarakan perkembangan divisi online sambil jari-jari dengan lincahnya mengetik di laptop. Saya berlari masuk ke redaksi, tujuannya mengambil tas yang berisikan laptop untuk ikut mencicipi warkop baru kami.

Dua batang rokok yang saya beli di warung tadi saat dalam perjalan menuju redaksi, saya bagi ke salah satu teman saya. Berikut dua bungkus kopi yang juga saya beli di warung yang sama, sebagai suguhan yang siap menemaniku bersama kedua temanku itu. Lalu, saya membuka laptop menelusuri sejumlah alamat website dan jejaring sosial yang sudah menjadi kebiasaan saya.

Sejumlah kertas koran kadaluarsa dijadikan sebagai pelapis dari kursi dan meja yang basah itu. Tempat itu memang tidak terkesan mewah, atapnya saja kami gunakan spanduk bekas kegiatan.

Itu sepenggal cerita yang bisa saya tulisan malam ini, disaat saya mencoba malawan rasa kantuk. Aku merasa bangga, bisa melewat malam mini ditengah redupnya bola lampu yang menghiasi kami di warkop ala LPPM Profesi, seuntai cerita masih bisa saya ukir. Sekaligus, sebagai obat pengawet mata lelah.

Meski baru perdana, saya sudah merasa klop dengan tempat ini. Hening, sunyi, sepi, seolah melebur dengan keindahan bunyi jangkrik mengiringi malam yang bakal berlalu.

Saya menamakan tempat ini sebagai warkop masa depan. Tentunya dengan berharap kelak tempat itu tidak hanya sekadar menjadi tempat online tapi juga tempat kami membuat diskusi semut, membicarakan hal-hal terkait perkembangan organisasi kami ini.

Warkop masa depan ini, saya menjiprakan harapan nantinya akan melahirkan orang-orang hebat. Orang-orang yang mampu berinovasi sebagai hasil kerativitas yang ditemukan lewat pergulatan diskusi yang nantinya kerap jadi budaya kami.

Oh ya sebelum saya mengakhiri tulisan ini, kami makan bersama indomie goreng hasil racikan teman saya…

Warkop masa depan….

Asri ismail, 26 Januari 2013.







Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...