Friday 12 December 2014

Namakan Saja Pengalaman, Cukup

Bukan prihal cepat atau tidaknya menyandang gelar sarjana, tolok ukur kesesuksesan seseorang bisa ditentukan. Begitupun Indeks Prestasi Komulatif (IPK), tinggi rendahnya sebuah nilai seseorang pun bukan menjadi barometer keberhasilannya kelak.
Ini kalimat yang sering saya dengar dan diperbincangkan dalam kampus. Bahkan, bagi sebagian orang beranggapan, pembeda antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya adalah proses yang dilewati selama di bangku kuliah, maksud saya pengalaman yang didapat. Entah itu hanya apologi atau sebuah realitas. 

Diskusi malam. Himpunan Mahasiswa Bahasa di Kampus
sedang mendiskusi kegiatan (Foto; Dokumen pribadi)
Berdasarkan perbincangan saya dengan beberapa orang yang menurut hemat saya, orang-orang ini sudah masuk dalam golongan sukses juga kecenduranganya membenarkan hal itu. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah mengejar narasumber nasional untuk saya masukkan di koran kampus. Saya diminta untuk mewancarai Anies Baswedan (baca; Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah-sekarang), kebetulan beliau kala itu berada di Makassar, sehingga aksesnya relatif mudah ditemui. Meski harus menunggu berjam-jam, tapi akhirnya harapan itu terwujud. Dalam wawancara tersebut, saya menyelipkan pertanyaan di luar topik bahan yang saya bawa. Saya meminta pandangan beliau mengenai mahasiswa yang lama kuliah. Spontan ia menjawab, baginya mahasiswa yang lama menempuh studi bukanlah masalah, asalkan mahasiswa tersebut memiliki kegiatan positif, tidak hanya sekadar lebih banyak berpikirnya tanpa aplikasi dan tidur. 

“Bagi saya pribadi, saya tidak ada masalah kalau mereka kuliah lama. Selama waktu yang mahasiswa pakai itu, digunakan untuk agenda-agenda positif. Ingat kata-kata saya ini, mungkin ada teman anda yang wisudawan terbaik tapi tidak pernah berorganisasi atau tidak memiliki kesibukan diluar yang membantu membentuk mental dan menambah wawasan berpikirnya, ia hanya akan mendapat tepuk tangan pada saat itu juga (baca:wisuda) tapi coba bandingkan 5 sampai 10 tahun kedepan dengan teman-teman anda yang menyiapkan ruang untuk belajar di luar bangku kuliah, kebanyakan diantara mereka jauh lebih berhasil,” Begitu tutur mantan Rektor Universitas Paramadina kepada saya.
Saya juga ingat, ini saya dapat dari salah satu pejabat di kampus tempat saya menimba ilmu, namanya Prof. Jasruddin. Katanya, IPK hanya mengantarkan kita pada pintu (maksudnya “Pintu” tempat kita, misalnya melamar kerja) selebihnya jika sudah berada dalam ruangan, maka yang terjadi adalah pertarungan pengalaman yang diperoleh selama ini.

Tak hanya itu, beberapa dari pengalaman selama jadi wartawan kampus dan melalui beberapa organisasi lainnya, ketika bertemu dengan sejumlah orang hebat ini menurut subjektifitas saya. Tak sedikit diantara mereka, menyarankan untuk betul-betul memanfaatkan waktu selama kuliah. Katanya, di S1-lah mahasiswa diharapkan mencari sebanyak-banyaknya ilmu. Bahkan, hampir semua dosen dan pejabat yang ada kampus nyaris tidak ada yang tidak pernah mencicipi yang namanya organisasi. Minimal itu menjadi indikasi, begitu penting organisasi bagi mahasiswa. Saya pribadi merasakan hal demikian. 

Tulisan diatas hanya sekadar kilas balik dari apa yang menjadi cerita saya hingga hari ini.Tidak dinafikkan bahwa, berkerumul dengan orang-orang hebat, akan terciprak juga ilmunya.Pada sebuah artikel yang pernah saya baca, penulis menafsirkan bahwa pengalaman bukanlah bertemunya antara intelektual dengan realitas tapi lebih pada pencelupan eksitensi kita di dalam kondisi sosial. Artinya apa, pengalaman lebih menekankan bagaimana seseorang hadir di tengah-tengah kemajemukan dan peka atas realitas sosial yang terjadi.

Sekali lagi saya katakan, ini bukan sebuah apologi atau bentuk pemaafan dari apa yang menimpa saya. Ini hanya sekadar bahan sharing bagi siapa saja yang menilainya sebagai suatu ilmu. Karena saya juga tercederai, saya gagal pada wilayah manage waktu. Akhirnya, kuliah 5 tahun lebih adalah konsekuensi dari jalan yang saya ambil. 

Semoga saja, kita tidak menyianyiakan waktu untuk selalu gelisah....

***Asri Ismail (12/12/14)








Comments
2 Comments

2 comments:

W x W said...

it was so inspired me... thank u kak

Unknown said...

Setidaknya... Lama selesai, bukanlah hal yg memalukan. Tetap semangat,itu saja sudah mampu meyakinkan bahwa masih ada dukungan dari orang lain. Semangat sarjana tua.

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...