Cinta adalah dirinya,
kubangan akan rindu pun yang melilitkan efek cinta juga dirinya. Segala dimensi
yang berbicara tentang kisah kasih, asmara dan aroma kemesraan yang menari-nari
adalah sosoknya. Ceria, perlente, perfeksionis, dan cuek juga adalah tampilannya
dalam memaknai cinta seutuhnya. Begitulah dia mengolah cinta yang tak pernah
dituntaskan, selalu ada semangat yang tak terkubur untuk mengejar impian-impian
lain akan cinta. Baginya, segala yang ada di dunia ini itulah cinta.
He..he..he..itu sedikit
cara saya menggambarkan sosok Ahyar Anwar, sang pujangga sejati yang saya kenal
di lingkup akademik. Saya pun menemukan dirinya lewat Lembaga Kemahasiswaan
(LK) Jurusan. Hanya selang 2 bulan saat dia menjabat sebagai Ketua Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, saya terpilih sebagai ketua Himpunan Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMAPRODI PBSI) tahun 2011.
![]() |
Sampul Buku Obituari. Buku yang diluncurkan dalam rangka mengenang 110 hari kepergian Almahrum Ahyar Anwar |
Berawal dari situlah
meningkatnya intensitas pertemuan saya dengan beliau, segala urusan kelembagaan
selalu beliau menjadi tumpuan saya. Pernah suatu masa, saya masih ingat ketika
program kerja lembaga kemahasiswaan yang saya emban sedang berlangsung, beliau
hadir bak dewa penyelamat. Kala itu kami kekurangan dana, kami kelabakan entah
mau cari kemana lagi. Sebab, rasanya sudah semua kami datangi untuk “meminta”.
Mungkin karena tidak mau melihat kami anak-anaknya dirundung malu, beliau
memanggil saya datang bertandang di kediamannya dan menuntaskan
kegelisahan-kegelisan kami, dengan memberikan saya segenggam uang untuk
melunasi kekurangan-kekurangan di kegiatan kami itu.
Persoalan LK, beliau
begitu apresiatif setiap kegiatan yang diselenggarakan. Tak jarang, ia turut
hadir menyukseskan beberapa acara yang kami laksanakan. Tak pandang waktu, jika
ia punya kesempatan selalu saja hadir disela-sela berlangsungnya acara. Kadang
pula, ia mengorbankan agendanya yang lain demi meramaikan kegiatan kami.
Begitupula kalau ada masalah yang terkait LK ia selalu turun tangan dan berdiri
di depan demi membela kepentingan kami.
Terakhir, di bulan Agustus
2013, sebelum beliau dipanggil oleh kekasihnya (Baca-Tuhan), dia jugalah yang
memberikan “lampu hijau” kegiatan kami. Di tengah kemelut lembaga kemahasiswaan Fakultas Bahasa
dan Sastra yang karut-marut. Sebab, hingga saat ini LK di fakultas kami masih
saja berstatus dibekukan. Tapi baginya, segala aktivitas yang berbau positif
itu tidak ada alasan untuk ditolak. Namun sayang beribu sayang, Tuhan ternyata
telah menyiapkan tempat indah baginya, sehingga kegiatan yang kami laksanakan
yakni Parade Bahasa Nasional tidak bisa ia saksikan.
Itu hanya segelintir
kisah yang saya coba tuangkan dalam sebuah cerita, juga menjadi bahan refleksi
antar aku dengan beliau. Bagiku, sosok Ahyar Anwar adalah sosok inspiratif bagi
siapa saja yang mengenal dirinya. Setiap kali bertemu dengannya, selalu saja
ada suntikan-suntikan motivasi yang keluar dari bibirnya. Ia memang dikenal
sebagai sosok inteletual, sastrawan hebat sehingga tak heran kalau
karya-karyanya banyak menghiasi tokoh-tokoh buku.
Satu hal yang unik dari
pribadi beliau, kalau lagi marah atau membentak mahasiswa pasti sekejap saja ia
bakal lupa bahwa baru-baru saja dirinya memarahi mahasiswanya. Aneh juga
rasanya, tapi itulah dia, pribadi yang tak pendendam dan suka lelucon.
Ahyar Anwar itu, tipe
orang yang keras. Keras sekali, tatkala dia mengetahui ada kebenaran yang
disembunyikan, dia tidak akan berhenti usut jika belum dapat titik temu. Namun
dibalik itu, dirinya memiliki jiwa yang sangat lembut, penyayang dan enak
diajak berkomunikasi.
Sebenarnya, masih
banyak hal yang belum saya utarakan lewat tulisan ini, tapi ini cukup membuat
kami mengenangmu bahwa kau pernah hadir mewarnai cerita kami. Akhirnya, terima
kasih untuk kisah yang telah dilukis. Terima kasih telah menjadi ayah kami,
motivator kami, inspirator kami, mendidik kami dan terima kasih untuk senyum
yang pernah diselipkan untuk kami.
Sebuah untaian doa-doa
keberkahan selalu kami panjatkan untukmu dan kisah kami bersama dirimu akan
selalu menjadi kenangan yang tak bakalan tertutupi zaman. Kami yakin, Tuhan
akan selalu memanjakanmu di alam sana. Salam rindu yang panjang untukmu yang
tenang di rumah Tuhan. (Asri Ismail)
Tulisan ini, menjadi salah satu tulisan dalam buku Sebuah Obituari Ahyar Anwar Yang Menidurkan dan Membangunkan Cinta. Lauching 15 Desember 2013