Thursday, 19 December 2013

Ahyar Anwar, Hero Lembaga Kemahasiswaan

Cinta adalah dirinya, kubangan akan rindu pun yang melilitkan efek cinta juga dirinya. Segala dimensi yang berbicara tentang kisah kasih, asmara dan aroma kemesraan yang menari-nari adalah sosoknya. Ceria, perlente, perfeksionis, dan cuek juga adalah tampilannya dalam memaknai cinta seutuhnya.  Begitulah dia mengolah cinta yang tak pernah dituntaskan, selalu ada semangat yang tak terkubur untuk mengejar impian-impian lain akan cinta. Baginya, segala yang ada di dunia ini itulah cinta.

He..he..he..itu sedikit cara saya menggambarkan sosok Ahyar Anwar, sang pujangga sejati yang saya kenal di lingkup akademik. Saya pun menemukan dirinya lewat Lembaga Kemahasiswaan (LK) Jurusan. Hanya selang 2 bulan saat dia menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, saya terpilih sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMAPRODI PBSI) tahun 2011.
Sampul Buku Obituari. Buku yang diluncurkan dalam rangka mengenang 110 hari kepergian Almahrum Ahyar Anwar

Berawal dari situlah meningkatnya intensitas pertemuan saya dengan beliau, segala urusan kelembagaan selalu beliau menjadi tumpuan saya. Pernah suatu masa, saya masih ingat ketika program kerja lembaga kemahasiswaan yang saya emban sedang berlangsung, beliau hadir bak dewa penyelamat. Kala itu kami kekurangan dana, kami kelabakan entah mau cari kemana lagi. Sebab, rasanya sudah semua kami datangi untuk “meminta”. Mungkin karena tidak mau melihat kami anak-anaknya dirundung malu, beliau memanggil saya datang bertandang di kediamannya dan menuntaskan kegelisahan-kegelisan kami, dengan memberikan saya segenggam uang untuk melunasi kekurangan-kekurangan di kegiatan kami itu.

Persoalan LK, beliau begitu apresiatif setiap kegiatan yang diselenggarakan. Tak jarang, ia turut hadir menyukseskan beberapa acara yang kami laksanakan. Tak pandang waktu, jika ia punya kesempatan selalu saja hadir disela-sela berlangsungnya acara. Kadang pula, ia mengorbankan agendanya yang lain demi meramaikan kegiatan kami. Begitupula kalau ada masalah yang terkait LK ia selalu turun tangan dan berdiri di depan demi membela kepentingan kami.

Terakhir, di bulan Agustus 2013, sebelum beliau dipanggil oleh kekasihnya (Baca-Tuhan), dia jugalah yang memberikan “lampu hijau” kegiatan kami. Di tengah  kemelut lembaga kemahasiswaan Fakultas Bahasa dan Sastra yang karut-marut. Sebab, hingga saat ini LK di fakultas kami masih saja berstatus dibekukan. Tapi baginya, segala aktivitas yang berbau positif itu tidak ada alasan untuk ditolak. Namun sayang beribu sayang, Tuhan ternyata telah menyiapkan tempat indah baginya, sehingga kegiatan yang kami laksanakan yakni Parade Bahasa Nasional tidak bisa ia saksikan.

Itu hanya segelintir kisah yang saya coba tuangkan dalam sebuah cerita, juga menjadi bahan refleksi antar aku dengan beliau. Bagiku, sosok Ahyar Anwar adalah sosok inspiratif bagi siapa saja yang mengenal dirinya. Setiap kali bertemu dengannya, selalu saja ada suntikan-suntikan motivasi yang keluar dari bibirnya. Ia memang dikenal sebagai sosok inteletual, sastrawan hebat sehingga tak heran kalau karya-karyanya banyak menghiasi tokoh-tokoh buku.

Satu hal yang unik dari pribadi beliau, kalau lagi marah atau membentak mahasiswa pasti sekejap saja ia bakal lupa bahwa baru-baru saja dirinya memarahi mahasiswanya. Aneh juga rasanya, tapi itulah dia, pribadi yang tak pendendam dan suka lelucon.

Ahyar Anwar itu, tipe orang yang keras. Keras sekali, tatkala dia mengetahui ada kebenaran yang disembunyikan, dia tidak akan berhenti usut jika belum dapat titik temu. Namun dibalik itu, dirinya memiliki jiwa yang sangat lembut, penyayang dan enak diajak berkomunikasi.

Sebenarnya, masih banyak hal yang belum saya utarakan lewat tulisan ini, tapi ini cukup membuat kami mengenangmu bahwa kau pernah hadir mewarnai cerita kami. Akhirnya, terima kasih untuk kisah yang telah dilukis. Terima kasih telah menjadi ayah kami, motivator kami, inspirator kami, mendidik kami dan terima kasih untuk senyum yang pernah diselipkan untuk kami.


Sebuah untaian doa-doa keberkahan selalu kami panjatkan untukmu dan kisah kami bersama dirimu akan selalu menjadi kenangan yang tak bakalan tertutupi zaman. Kami yakin, Tuhan akan selalu memanjakanmu di alam sana. Salam rindu yang panjang untukmu yang tenang di rumah Tuhan. (Asri Ismail)

Tulisan ini, menjadi salah satu tulisan dalam buku Sebuah Obituari Ahyar Anwar Yang Menidurkan dan Membangunkan Cinta. Lauching 15 Desember 2013

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...