![]() |
Saat mengajar di SMAN 2 Watansoppeng |
Dari kumpulan cerita tersebut, masalah besar yang
menjadi titik kejenuhan mengajar mereka adalah hadirnya beberapa siswa yang
sangat sulit diatur alias tak mau ikut aturan main. Alhasil, memarahi,
mengancam merupakan langkah solutif yang kebanyakan diambil untuk mengatasi
masalah yang satu ini.
Memang, fenomena siswa “bandel” tidak bisa di
pungkiri ataupun dihindari. Hampir setiap sekolah ada siswa yang seperti itu. Kategori
siswa yang kita anggap sebagai siswa yang nakal itu pun berbeda-beda bergantung
pada perspektif masing-masing pengajar.
Mungkin saja, ketika kita melihat ada siswa yang
tidak memakai sepatu, tidak rapi dalam memakai seragam sekolah, tidak memerhatikan
pelajaran, dan tak mau diam pada saat pembelajaran berlangsung, misalnya selalu
mengganggu teman-temannya adalah ciri-ciri siswa yang nakal dan bodoh.Padahal, semua itu hanyalah bentuk tingkah klasik siswa
dalam lingkup pendidikan formal mana pun.
Saya pribadi sebenarnya kurang setuju jika cara
kita menghadapi siswa yang seperti itu dengan cara memarahi, menasehati dengan
nada mengancam atau menghukum dalam bentuk cara apa saja namanya yang selalu
kita anggap adalah langkah paling efektif. Bukan kah strategi itu sudah lama
diterapkan, namun hasilnya masih saja nihil. Buktinya, jika saja ini berjalan
dengan baik, lantas kenapa kenalakan siswa masih saja tumbuh subur? Percuma
kan. Bahkan, parahnya masih banyak yang menggunakan kekerasan fisik untuk memberikan
efek jera.
Justru, bagi saya langkah itu akan semakin menekan
perkembangan pengetahuan siswa. Ia akan semakin sulit untuk berkreativitas
akibat selalu muncul ketakutan-ketakutan dalam benak mereka. Namun, parahnya seorang guru malah sulit mendeteksi
itu. Sepanjang pengamatan saya, guru hanya mampu menilai perihal tahu atau
tidak tahu tentang materi yang dijelaskannya. Guru hanya mengetahui siapa yang
pintar dan siapa yang dalam masuk dalam spesifikasi bodoh, guru hanya mengejar
tuntutan daftar bahan ajar. Itu aneh kan namanya? (piker-pikir sendiri ya..he..he..he)
Tapi pernahkah guru berpikir, kenapa siswa ini
‘bandel’, kenapa siswa ini acuh terhadap pelajaran yang diberikan, kenapa siswa
ini sangat susah diatur dan suka melawan. Jika gejala ini muncul, itu indikasi
ada yang tidak beres dari kita pribadi sebagai tenaga pendidik.
Mungkin saja,
cara kita memberi materi yang kurang baik, dan kurang bersahabat ataukah aturan
yang kita terapkan terlalu kaku, sehingga apa yang nampak dalam kelas sepertinya
kita berkeinginan membuat mereka ibarat robot, yang harus mengikuti setiap
intruksi yang di perintahkan.
Saya pikir, tugas kita sebagai guru tidak hanya
sekadar mentransfer ilmu tapi bagian terpenting bagaimana kita mendidik siswa
dengan cara terdidik. Bukan malah memarah-marahi mereka, menakut-nakuti mereka.
Malah jika hal seperti itu diterapkan secara tidak langsung akan berimbas pada
kondisi psikis dan menurunkan nilai sosial siswa.
Ingat bung, setiap orang memiliki keahlian tersendiri,
makanya jangan keseringan memaksakan untuk mengerti semua pelajaran yang
diberikan. Terlebih, tujuan UUD 45 kan bukan hanya pada sebatas bagaimana kita
menjadikan siswa pintar, tapi dalam cakupan yang lebih luas lagi yakni
mencerdaskan anak bangsa. Dalam hal ini cerdas, sesuai keahlian yang
dimilikinya.
Marilahlah kita legowo sedikit dengan memberikan
ruang mereka untuk berkreasi dengan pikiran-pikiran positifnya, jangan terlalu
sering memberikan beban yang terlalu memberatkan.
Apalagi, kita semua tahu jika ditelisik secara
filosofi, sekolah itu kan berasal dari bahasa Yunani yakni schola’e yang
berarti waktu luang. Maka, jangan menimpali kewajiban kita diatas hak siswa itu
untuk memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki. Mungkin terkesan terlalu
plural jika hal ini kita kaji. Tapi minimal ini menjadi bahan pertimbangan bagi
kita untuk mengetahui batas-batas yang kita miliki juga. (Asri_Ismail)
Orang
bodoh itu adalah orang yang selalu membanggakan dirinya dan mengatakan dirinya
pintar berikut selalu memandang enteng sesuatu, dan orang yang pintar itu
adalah orang yang sebetul-betulnya pintar tapi selalu merendahkan dirinya.
(teringan-ngian petuah beliau)
Asri_Ismail,
Posko KKN-PPL, Soppeng (4/3).