Tuesday, 12 February 2013

Belajar Mengagumi Diri Sendiri !


Fenomena kagum-mengagumi adalah kondisi klasik yang kerap kita jumpa dalam konteks lingkungan apapun. Hampir setiap orang memiliki rasa itu. Dan itu tidak dapat kita bantah, sebab persoalan mengagumi lebih pada wilayah rasa yang semula hanya “tercium” oleh indra, lalu lambat laun akan terkuasai dengan keinginan untuk menjadi seperti dia (orang yang dikagumi, redI).

Saya pribadi, juga sering kali kagum pada sosok yang saya anggap amazing, pada orang-orang yang rasanya mampu menjadi panutan bagi saya. Beberapa tokoh cukup pernah jadi idola saya. Namun, itu ternyata membuat saya terkadang lupa daratan. Seolah-olah hanya dengan membalikkan telapak tangan, maka dengan mudahnya bakal menjadi seperti mereka.

(Foto : Google Search)
Kekaguman itu sifatnya universal, entah itu kagum dengan personality, kinerja atau apalah yang sepertinya membuat kita bangga terhadap sesuatu.

Entah apa yang merasuki saya, sehingga hari ini tepat pukul 05.00 wita, di sebuah Warkop idola saya ini, saya malah tertarik membahas esensi dari kekaguman itu. Kata kagum kalau ditelisik secara definisi kata ini bermakna pujian, atau pemberian apresiasi dalam bentuk “kado” rasa yang mengarahkan ke sisi positif.

Heran juga, ketika saya malah menemukan sejumlah tingkah seseorang yang memiliki rasa kagum tapi kalau saya nilai berlebih, mungkin sudah tidak lagi ada kadar kagum yang terkandung didalamnya tapi fanatik. Misalnya, ia memberikan perlakuan yang berbeda terhadap orang yang dikaguminya itu, memasang beberapa foto mereka di dinding kamar, atau bahkan disimpan didompetnya. Namun, parahnya ia sama sekali belum pernah bertatap muka secara langsung. Aneh kan? tapi itulah yang terjadi.

Sering kali, saya membaca kisah –kisah inspiratif dari beberapa pengalaman orang. Biasanya juga sih mengetuk pintu hati dan membuka pikiran untuk berbuat demikian. Hanya saja, rasanya untuk menyamainya mustahil, sebab saya masih yakin Tuhan menciptakan kita dengan fisik dan sifat yang berbeda-beda, tentu juga akan memberikan pengalaman hidup yang berbeda pula.

Saya pernah membaca artikel, katanya mengagumi orang itu sama saja seperti cicak. Jika melihat sesuatu yang indah makan akan berbunyi, “Ckckckc”.  Maksudnya, ketika kita melihat orang yang kita anggap hebat, kita selalu menggeleng-gelengkan kepala, sebagai tanda “kagum” . Itu analogi kecil yang digambarkan si penulis artikel itu.

Untuk itu, berhentilah menjadi generasi cicak hehehe…, marilah kita mencoba mengubah mindset, bagaimana menjadi inspiratif bagi orang. Belajar mengagumi diri sendiri, tak perlu kita sibuk-sibuk mencari orang untuk kita kagumi.

Semestinya, yang perlu kita kagumi adalah Tuhan, sebab semua percaya hanya Tuhan-lah yang memberikan atas apa yang kita miliki saat ini. Maka, sebaiknya porsi kagum itu hanya kita patri kan kepada-Nya.

_Asri Ismail (13/2)

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...