Menunda itu sebenarnya adalah salah satu pekerjaan konyol. Saya pribadi berani menjustifikasi mengenai imbas kemudian dari pekerjaan menunda itu. Sebenarnya, sifat seperti ini sudah tidak lazim lagi. Hampir semua orang pernah melakukan hal yang sama yakni “Menunda” dengan berbagai alasan dan pertimbangan.
Memang sih, kondisi ini terkadang kita susah untuk tinggalkan. Terlebih jika seorang itu punya seabrek pekerjaan lain yang mesti juga terselesaikan. Namun, untuk lebih baiknya kita sebagai manusia yang memang di takdirkan untuk berpikir dan bekerja, kita harus pinta-pintar untuk mengatur waktu sedemikian baik.
Tadi (16/12) saya sempat menonton salah satu acara di TV, yang menghadirkan Mario Teguh sebagai motivator, ia mengatakan kehebatan seorang itu akan pudar karena seringnya menunda-nunda suatu pekerjaan.
Bagi saya itu, itu ada benarnya juga, sebab tidak akan berarti skill seseorang jika ia jarang mengulangi pekerjaannya.
Saya pribadi, tak jarang saya melakukan penundaan, hampir dibanyak aktivitas yang saya jalani. Pikiran saya selalu mengatakan “Nanti-nanti” untuk menyelesaikan tugas atau kewajiban saya. Alhasil, saya kerap kelimpungan, terlebih juga jika keadaan semakin mendesak. Ya..mau apalagi, terpaksa hampir semua hasil dari pekerjaan yang saya lakukan tidak ada yang sempurna. Pasti, ada celah yang muncul. Ujung-ujungnya akan berakhir dengan penyesalan.
Pekerjaan saya sebagai mahasiswa, berikut tugas-tugas akademiknya, belum lagi karena nasib saya mungkin memang digariskan untuk aktif di lembaga kemahasiswaan, selalu saja menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk memperbaiki manajemen waktu.
Namun, apa daya saya akui saya masih saja gagal pada wilayah praktik. Tapi, dari beberapa kendala saya alami yang berefek pada kualitas kerja saya selama ini, tentu menjadi pelajaran yang amat berarti bagi saya.
Saat ini, perlahan-lahan saya mulai mencoba memperbaiki diri, mulai dari hal-hal yang kecil hingga pada sesuatu yang sifatnya urgen.
Saya masih ingat nasehat guru saya yang mengatakan menunda pekerjaan itu sama halnya membiarkan penyakit tumbuh pada tubuh kita. Ini sebenarnya salah satu pengalaman pribadi yang saya alami. Hanya saja, saya mencoba berbagi kepada siapa saja yang saat ini belum jua tersadar akan prilaku negatif itu.
Apa yang menimpa kita saat ini, tidak lain dan tak bukan hanyalah hasil dari sikap dan tindakan yang kita perbuat. Saya hadir bukan berarti saya lebih baik, namun akan lebih baik jika kita saling mengingatkan untuk kearah yang lebih.
Ada pesan dari ‘Abdur Rahman bin Auf, ia berkata: “Rasulullah saw. bersabda: ‘Menunda-nunda itu adalah pancaran setan yang disisipkan ke dalam hati orang-orang mukmin.’” (HR. Dailami no. 2420).
Jika benar menunda itu adalah cara Tuhan untuk menguji kita, tentu kita harus siapkan pamungkas untuk menghadapinya. Sebab, ini akan menjadi pekerjaan berat bagi kita, terlebih sifat seperti ini hampir setiap hari mengintai.
Semoga bentuk pengaplikasian dari apa yang saya pikirkan ini yang menjadi sedikit goresan berbentuk tulisan akan mampu sedikit menggugah pola pikir kita. Ingat menuda pekerjaan itu sama dengan menimbung derita. Selamat berpikir dan bertindak kawan!
Hanya sebuah coretan!!!
_Asri Ismail