Friday, 21 December 2012

Ibu, Kau Wanita Biasa yang Luar Biasa

Di tangannya, kehidupan kita bergantung. Jari-jari tangannya dia gunakan untuk mengelus lembut tubuh kita, biar kita hadir sebagai manusia yang seutuhnya manusia. Sebab, apa yang ada pada kita saat ini adalah bukti bakti Sang Tuhan kita yang diwujudkan sebagai manusia luhur pekerti, dia adalah Ibu.

     Jika membayangkan sosoknya, dia hanyalah seorang manusia yang tak lebih dengan wujud manusia lain. Ia diciptakan berjenis kelamin wanita, lalu dihadirkankan sebagai pembawa generasi baru. Dari rahimnya, lahir-lah manusia-manusia baru sebagai entitas dari sebuah perkembangbiakan dengan lawan jenisnya.

Kita sering memanggilnya dengan kata Ibu. Mungkin saja, sebutan itu hanyalah sebuah hasil dari kesepakatan sosial semata bahwa perempuan yang sudah memiliki anak, maka disebut dengan Ibu. Atau mungkin dia adalah korban budaya yang ada saat ini.
Tak perlu banyak kita berdebat tentang kehadiran seorang ibu, Ibu ya Ibu. Wanita yang telah mengandung kita selama 9 bulan lamanya, lalu hadir-lah kita menatap dunia yang kejam ini.

Yang perlu kita renungkan, perjungan Ibu selama ini hingga menjadikan kita bisa seperti apa yang tampak sekarang ini. Jika kita memanggil-nya sebagai Tuhan, tentu tak ada salahnya, sebab dia adalah manusia yang dititip Tuhan, ia diberi beban untuk untuk memelihara kita. Dia diwarisi hati oleh malaikat. Dia tak pernah merasakan jenuh bahkan bosan untuk menjaga dan merawat kita.

Ibu, jika saja aku engkau meminta nyawaku untuk mengorbankan kepentingan-mu yang lain, tak akan ada kata “Tidak” yang mengindikasi penolakan terlontar dari mulut ini. Sebab, kamu adalah Tuhan yang berhak atas diriku, yang berhak atas kehidupanku ini. Kehidupan yang aku cicipi hari ini, adalah efek moral yang kau berikan selama ini.

Kami tahu, kata lelah itu tak pernah ada dalam benakmu. Engkau dengan ikhlas melakukan semua yang ada kaitannya dengan kami, itu semua karena keinginanmu untuk membesarkan kami agar kami bisa memiliki hidup yang lebih baik.

Mungkin, terkadang kita merasakan ada tindakan dari Ibu yang dianggap membatasi kita. Namun, perlu kita pikirkan bahwa apapun kebijakan dari dia, semata-mata karena dia tak mau melihat kita, jatuh pada hal-hal yang bisa mencederai kita.

Entah pengorbanan apa yang harus kami perbuat untuk membalas jasa-jasamu. Sebab, tak ada materi yang bisa mewakili dari ribuan kelelahan yang kamu curahkan untuk kami.

Love U mom…

Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2012

_Asri Ismail (Redaksi LPPM Profesi UNM)

Comments
4 Comments

4 comments:

Dian Kurniati said...

Selamat bang, sukses buat dian merinding baca tulisan ini. Bagus banget tulisannya.

Asri Ismail said...

hehehe Terima kasih sobat.....masa sampai merinding sih?

Unknown said...

huh,,, mengharu biru sob,

Asri Ismail said...

Heheh...okelah sob, oy follback ya

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...