Ilsutrasi Perempuan (Sumber: google) |
Mereka yang kita sebut
perempuan,
tunduk pada penguasa
Budaya dan bahasa
menjadi penjara.
Hanya karena gender,
kita melabeli stigma
Mereka harus patuh pada
kejantanan
Memoles diri demi
memuaskan hasrat.
Perempuan memahami itu,
paham subordinasi dan
pemarjinalan
Ada yang tertindas tak
tersadari.
Dimangsa hegemoni,
tertikam oleh dikotomi
Mata dan telinganya dijejali
diskriminasi
Atas nama dominasi,
lelaki genggam regulasi.
Mungkin tuhan adalah
laki-laki.
Tiga gelombang perjuang
ternyata belum juga merobohkan
Dari tahun 1800an,
katanya sudah melawan
lalu kenapa masih
banyak telanjang di jalan
Katanya tak mau
dipinggirkan, rupa-rupa dekonstruksi dilakukan
Bermanuver dari dapur
hingga kasur
Lalu mengapa kau masih
takluk dengan rayuan
Tubuhmu masih banyak
diperjualbelikan
Katanya lewat
pendidikan semua teratasi
Semenjak era reformasi
dialektika tiada henti
Di ruang-ruang
perjuang, Kartini dihidupkan kembali
Lalu mengapa kau masih sibuk
memerankan partiarki
Ini cerita klasik.
Perempuan masih asyik
melakoni nasib.
Tentu tak pernah usai,
karena lelaki
terkodrati melindungi
dan mengayomi.
Perempuan menikmati
bahu laki-laki.
Malang, 6 Oktober 2017