Sunday 28 June 2015

Syair Jingga

Kuncup telah datang; sore kala itu
Penanda burung-burung merpati tak melangit
Dua pasang mata menyembunyikan tabir rindu
Bertemu di siluet senja, jarak asalnya.

Resah, gelisah, dan desah pijaran lampion
suara-suara angin menerka-nerka sejauh mana kesepian berlabuh.
 Itu bukan kamu yang menangisi lelahnya berjalan dalam pikiran.
Kamu itu bunga, kelopakmu tak pernah kering.
Musim mengangkatmu karena kematianmu menunggu kecupan yang telah lama hilang.

Ilustrasi (Foto : Google Search)
Sore kala itu..
Jingga kau katakan kuning..
Karena matamu tahu kabar duka dari langit
Di Tanah itu kuburan..
Kau tanami pohon yang kau beri nama harapan
kelak..kau berhenti di kata itu.

Pada guratan di ujung laut..
Hamparan jingga menyelimuti, kau masih menatap
Jingga...itu sesaat..
Spasi diantaranya rasa yang coba kau tenggalamkan bersama karamnya pedihmu..

Lonceng di kuil-kuil berbunyi, desiran..
Karena demi Tuhan..
Kau pemuja jingga, lupa pada yang menghitamkan
Berteriak saja...tak perlu mewarnai kecupan yang kau nanti..
Sajak kematian..hilang pelan-pelan.


*Asri Ismail (29/6/2015)


Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...