Friday 5 December 2014

Jenazah Demokrasi

Tengoklah manusia-manusia serakah itu
Bertopeng banyak warna, saling menghakimi
Kebijakannya mengkhianti rakyat
Karena perut, semua disesatkan
Keadilan sudah mati bersama perihnya luka demokrasi

Ilustrasi (Foto : Int)
Kita dipertontonkan perang partai
Elit-elitnya tak henti saling mencaci
Lantas, kemana lagi masyarakat meminta harap?
Jika segalanya disiasati, manusia pragmatis..

Hukum di negeri ini pun ikut-ikutan tebang pilih
Kerap salah iris, manusia banyak yang kebal hukum, ironis.
Tolong berhenti bicara pasal, tetek bengek moral kita masih asal-asalan

Lalu mari perhatikan segala lini, hambar tak berisi
Pendidikan masih berkutat sistem
Berganti strategi, katanya demi kualitas
Kitab itu belum genap setahun berjalan sudah ditutup
Kasian anak bangsa, linglung..

BBM baru saja melonjak
Semburan protes tak ada guna
Di jalanan mahasiswa berteriak, pemerintah bersembunyi di bawah ketiak
Lalu dengan lantang sang penguasa bilang ini demi rakyat
Lantas kenapa banyak air mata pilu
Berhenti tutup mata, wahai kalian produk pemilu

Di ujung sana, penindasan berlangsung...
Siapkan keranda mayat, demokrasi ditikam kepentingan
Lahan tak cukup menampung, alirkan saja di sungai air mata
Tolong berhenti bodoh-bodohi kami, pintar...
Setengah tiang, kibaran bendera mengantar jenazahmu..


*Asri Ismail (6/12/14)





Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...