Tuesday 4 November 2014

Wakil Rakyat Yang Maha Kuasa


Nasib bangsa dipertaruhan, dagelan politik dipertontonkan
Anggota dewan bermain spekulasi, perang argumentasi hanya taktik
Ini bukan demokrasi, ego mainan partai.
Kasian, cerita kedamain publik ternyata hanya ilusi.
Kepentingan rakyat nomor sekian, karena partai dewa penyembahan

Mereka berebut atas dasar kebaikan, itu subjektif bung.
Kami melihat balada itu diatas skenario yang ekspresif
Mari belajar dari orang penentu takdir, wakil rakyat namanya
Terlalu banyak bicara, pencipta janji. Berhenti tipu kami.

Wakil rakyat, wibawamu terlalu politis, palu sidangmu meninggalkan sakralnya.
Tengoklah, kami yang mencaci maki gayamu.
Pikiranmu tak panjang, sekali bertantangan pendapat, kamu banting meja.
Kalian simpan dimana label intelekmu? Sepertinya dilaci meja.

Mungkin butuh cermin, tidak kah kalian lihat kumismu, ubanmu, wajahmu, terlebih umurmu?
Tolong ceritakan kami, seperti apa caramu melewati masa kanak-kanak.
Sepertinya kalian masih butuh Guru TK, untuk mengajari bagaimana carannya pipis, dan makan.
Ha..ha…ha….dunia menertawakan kita Pak, Bu’.

(Foto : Internet Searching/AntaraNews)

Wakil Rakyat yang baik, tolong sisipkan sedikit jeda memikirkan kami.
Masih ingatkan ribuan janjim dulu? Atau sudah pura-pura lupa.
Jangan bodoh-bodoh kami pak, cukuplah kamu dibodohi partai.
Selamat bekerja di negeri ini para pengumbar janji….


**Asri Ismail

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...