Nasib bangsa dipertaruhan, dagelan politik dipertontonkan
Anggota dewan bermain spekulasi, perang
argumentasi hanya taktik
Ini bukan demokrasi, ego mainan partai.
Kasian, cerita kedamain publik ternyata
hanya ilusi.
Kepentingan rakyat nomor sekian, karena
partai dewa penyembahan
Mereka berebut atas dasar kebaikan, itu
subjektif bung.
Kami melihat balada itu diatas skenario
yang ekspresif
Mari belajar dari orang penentu takdir,
wakil rakyat namanya
Terlalu banyak bicara, pencipta janji. Berhenti
tipu kami.
Wakil rakyat, wibawamu terlalu politis,
palu sidangmu meninggalkan sakralnya.
Tengoklah, kami yang mencaci maki
gayamu.
Pikiranmu tak panjang, sekali
bertantangan pendapat, kamu banting meja.
Kalian simpan dimana label intelekmu? Sepertinya
dilaci meja.
Mungkin butuh cermin, tidak kah kalian
lihat kumismu, ubanmu, wajahmu, terlebih umurmu?
Tolong ceritakan kami, seperti apa caramu
melewati masa kanak-kanak.
Sepertinya kalian masih butuh Guru TK,
untuk mengajari bagaimana carannya pipis, dan makan.
Ha..ha…ha….dunia menertawakan kita Pak,
Bu’.
(Foto : Internet Searching/AntaraNews) |
Wakil Rakyat yang baik, tolong sisipkan
sedikit jeda memikirkan kami.
Masih ingatkan ribuan janjim dulu? Atau
sudah pura-pura lupa.
Jangan bodoh-bodoh kami pak, cukuplah
kamu dibodohi partai.
Selamat bekerja di negeri ini para pengumbar janji….
**Asri Ismail