Malam gerhana, bulan menarik perhatiannya.
Bunga tak kunjung kuncup, mawar menenteng gelap.
Menawari nyanyian mungkin tentang santapan malam.
Rindu mengafiliasi senja, kita tertawan tawa.
Bukan kiamat, tanda pelarian kata pada maknanya.
Jangan bersedih, peluk lepaskan langit.
Jangkrik menderingkan, batu-batuan tak bertanam.
Kita berikhtiar pada sang Pemilik.
Lewati lirik yang membaca.
Kata kamu, itu di atas. Pentas gemerlap bintang.
Tak mendampingi, memilih mendekati.
Lagi, kita berlari.
Esok, cerita bersama meja untuk sajiannya.
Kita masih tertawa, surutkan gelisah.
(Gambar Internet : Google Search) |
Tembok terhalang dinding, kamu masih saja lupa.
Ini Tentang jejak, sepertinya tak menggores.
Mungkin penyakit.
Disela-sela tiupan, kita menduduki.
Tak melawan.
Asri Ismail, Kost-nya Allink (Oktober 2014)