Friday, 10 January 2014

Lelahmu Berkeringat (Ayah)

Ayah…

Erat sekali caramu menjabat tanganku, itu kemarin.
Di depan rumah, ada air mata bersembunyi
Angkutan biru menunggu sejak subuh
Langkahmu memberatkan semangat, itu pagi.
Bibirmu bergetar, saat mendekapku…

Ayah…

Kami tahu kamu lelah, kaki itu kaku
Sesaat suara Ibu memanggil namamu
Ketika beberapa pijakan lagi, mobil melaju
Tas, karung berisi bekal menyanggal disela senyummu
Tak ada isak tangis terdengar, ia lagi-lagi kau sembunyikan disesakmu
Sekali lagi kamu jabat tanganku..
Ilustrasi (Foto : Google Search)

Langit runtuh, sabda Tuhan mengamini perjalananmu
Ibu masih saja setia dengan Mina, cucu yang kamu titip
Saudaraku, Iparku mengikuti inginmu kesana…
Lambaian harapan menyorot di mata..
Kau pun pergi ke Negeri Jiran
Di sana ada menara kembar, berpaut dengan hati yang hambar..

Ayah..

Rasanya, jari-jarimu sudah tak kuat menahan
Saya tahu, kala itu sebelum ke perantau
Dirimu membelai dengan untaian kata
Sesekali mengusap keningku
Aku termenung di bawah kesunyian, itu malam

Ada setetes keringat jatuh tepat di pergelanganku
Sengaja tak kuhapus…naluri-ku bermain
ia menggores, memengaruhi perbincangan kita, itu malam
Selang beberapa jam sebelum cerita  berlalu.
Demi masa depanku, kau mengurai jejak-jejak
Ranting pohon itu lagi-lagi menggugurkan daun
Pagi sudah datang menyaksikan…
Ketika daun terbawa angin, lelahmu masih saja berkeringat.


Untuk Ayahku Tercinta..(11/1/2014)
di Kost…



Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...