Saturday, 5 January 2013

Ketika Begadang Diharuskan


Tidur. (Sumber Fhoto : Google Search)
Kalau mendengar kata Begadang, saya langsung teringat lagu Rhoma Irama yang melarang kita untuk begadang, apalagi kalau tidak ada artinya hehehe.., itu kata bang Haji. Begadang, hemm… berarti melewati malam tanpa tidur. Bagi orang-orang yang tidak terbiasa begadang, tentu merasa sulit untuk menjalani aktivitas yang satu ini.

Mungkin sebagian orang memandang begadang itu adalah pekerjaan orang konyol. Pekerjaan yang hanya menyiksa diri, sebab dalam proses begadang itu ada perlawanan terhadap rasa ngantuk.
Semula, saya begitu berat melewati kebiasaan saya untuk tidak tidur di malam hari. Apalagi, saya tipe orang yang tergolong manusia-manusia yang punya jadwal tidur banyak. 

Namun, ketika saya bergabung di sebuah lembaga yang mengharuskan bekerja di malam hari, disitulah saya perlahan-lahan mengubah pola hidup saya. Lembaga itu berorientasi pada bidang jurnalistik.

Kita semua tahu, orang-orang yang bekerja di dunia jurnalistik adalah orang-orang yang kuat untuk menahan rasa kantuk. Sebab, ia baru aktif bekerja, ketika semua orang tidur terlelap. Ketika semua orang sedang asik dengan mimpi-mimpi indahnya.

Sebenarnya begadang itu indah, kita bisa menikmati malam tanpa ada gangguan apapun. Menyaksikan sunyinya sebuah kegelapan, dan melengok keheningan.

Teman-teman seProfesi saya, juga merasakan demikian. Rasanya, begadang itu sudah menjadi rutinitas kami. Setiap malam, jadwal tidur kami di bawah pukul 02.00 dini hari. Kami menghabiskan malam itu pun dengan berbagai kegiatan, entah itu kami menulis berita, ataukah berkumpul divsebuah tempat dengan mengisinya jiprakan canda, hingga berdiskusi, sehingga malam itu tak terasa berganti dengan pagi.

Biasa juga, kami “melahap malam” itu di Warkop. Dengan ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok saya pikir sudah cukup menemani kami begadang.
Tak ada salah orang begadang, selama dalam begadang itu ada proses edukasi yang tercipta. Entah itu, bermula dari diskusi-diskusi semut yang kita lakukan ataukah dengan membaca sejumlah artikel yang ada di Warkop.

Apalagi, kami bagi awak pers yang wajib memiliki pengetahuan yang update. Maka, sudah sepantasnya kita memakai malam itu untuk belajar, tidak hanya sekadar mempelajari apa yang ada di bangku kuliah. Sebab, sampai saat ini jika mahasiswa hanya mengandalkan pengetahuannya pada ruang kelas, maka akan tertinggal dengan sendiri-nya oleh zaman. Maka dari itu diperlukan dimensi lagi untuk penunjang ilmu kita.

Menjadi pers mahasiswa itu menyenangkan, selain kita tidak pernah ketinggalan informasi, terutama terkait kampus. Kita juga mampu belajar banyak tentang  dunia kewartawanan yang sesungguhnya, Semoga saja, Rhoma mengubah lirik lagunya-nya bahwa begadang itu penting.


_Asri Ismail, pagi 6 Januari 2013

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...