Mendung
menggelayut di atas langit kota Tangerang. Perlahan, pesawat mulai mengurangi
deru turbinnya, pertanda akan melakukan pendaratan. Beberapa menit lagi pesawat
yang mengantarkan kami dari kota Makassar akan mendarat di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta.
![]() |
Menuju Musholla UI |
Saya bersama kedua rekan Profesi, Asri Ismail dan Yusrianti Hanike tiba di kota Tangerang
lewat dari jam empat sore. Sambil menenteng-nenteng tas bawaan, kami turun dari
pesawat. Riuh rendah suara pengunjung di bandara bercampur jadi satu. Kami
masih harus menunggu beberapa menit sebelum salah seorang panitia, Bayu
menjemput kami di bandara.
Lama berselang, seseorang berperawakan tinggi dan
berambut gondrong menghampiri kami. “Dari Makassar ya?” tanya orang itu. Jelas
sudah orang yang akan mengantarkan kami ke lokasi kegiatan Journalist Days.
Usai berkenalan, kami berbincang sedikit dengannya.
Bus yang kami tumpangi dari bandara hanya bisa
mengantarkan kami hingga ke Pasar
Minggu.
Dari situ, Bayu menjelaskan, seorang
teman wanitanya akan datang menjemput kami. Tak disangka, teman wanitanya itu
berparas cantik. Orangnya pun cukup ramah. Ia sempat menyapa dan berkenalan
dengan kami. “Halo, nama saya Nadia,” ucapnya.
Menjelang waktu Isya, kami tiba di kampus
Universitas Indonesia (UI). Kami langsung dibawa menuju tempat penginapan.
Dijadwalkan, selama dua hari ke depan, kami akan menginap di Asrama Mahasiswa UI. Akan tetapi, menurut
Bayu, lokasi penyelenggaraan Journalist Days bukan di tempat ini. “Kalian nanti
akan diantarkan LO masing-masing
menuju ke lokasi kegiatan di Fakultas Ekonomi,” jelas Bayu. Sementara itu, ia
akan mengurus persiapan kegiatan lainnya. Kami pun segera beristirahat setelah
menempuh perjalanan yang panjang.
Seminar
Tiga Sesi
![]() |
Usai Prensentase |
Hari
pertama, kami mengikuti Seminar Nasional bertemakan Media
dan Demokrasi. Seminar yang dihelat di Auditorium Soeria Atmadja FE-UI ini
menghadirkan banyak tokoh-tokoh ternama dari berbagai media nasional. Sebut
saja, Bambang Harymurti (Ketua Dewan Pers Indonesia), Agus Sudibyo, Atmakusumah
Astraatmadjaya (mantan Ketua Dewan Pers Indonesia), Budiman Sudjatmiko (Anggota
DPR RI), Budiarto Shambazy (Wartawan Kompas), Fadroel Rahman (Pemilik Pedoman
News), Suryopratomo (Direktur Utama Pemberitaan Metro TV), Rosiana Silalahi,
dan Sujiwo Tedjo.
Meskipun seminar terbagi dalam tiga sesi, namun
secara umum tema yang dibahas berkisar pada masalah konglomerasi media.
Disebutkan, beberapa media di Indonesia masih “dipegang” oleh tokoh-tokoh
politik di Indonesia. Oleh karena itu, beberapa pemberitaan di media pun masih
cenderung mengikuti arah keinginan owner media.
![]() |
sesaat setelah memberi materi |
“Independensi itu adalah keberanian mengambil sikap
berdasarkan nurani kita,” tutur Bambang Harymurti dalam seminarnya. Ia menekankan
para pekerja media untuk tidak perlu takut dalam mengambil sikap. Syndrom Blasphemy, ancaman pers bahwa
orang-orang yang dianggap “suci” tidak boleh diberitakan tidak seyogyanya
menjajah para pekerja media. Jika hal itu terjadi, wajar saat ini banyak
bekembang mafia-mafia hokum.
Seminar yang paling menarik perhatian kami
sekaligus para peserta lainnya adalah seminar pada sesi ketiga. Sesi inilah
yang berhasil menyuguhkan sedikit humor di sela-sela keseriusan mengikuti
materi seminar. Guyonan yang dibawakan oleh seniman, Sujiwo Tedjo ketika
mengkritik media maupun pemerintah begitu ringan untuk disimak. Ia bahkan
sempat meniru mimik pembawa acara infotainment di salah satu stasiun TV. Tentu
saja hal itu disambut oleh gelak tawa para peserta seminar.
Diskusi
LPM
Hari
Kedua, kami digiring menuju perpustakaan pusat UI.
Sekilas, kami dibuat takjub melihat bangunan mewah berlantai tujuh itu.
Disanalah, di lantai lima kami akan
mengikuti Forum Diskusi Nasional bersama 8 Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) lainnya,
diantaranya BP2M Balairung UGM, UAPM Inovasi, LPM Gema Keadilan Undip, Persma
HMTI UGM, Edents undip, SKM UGM Bulaksumur, LPM Publica Health Undip, dan LPM
Vonis Unpad.
Kami selanjutnya dibagi ke dalam tiga kelompok.
Bersama kami, BP2M Balairung dan UAPM Inovasi membentuk kelompok diskusi untuk
tema yang sebelumnya diajukan panelis. Kami diberikan waktu selama dua jam
untuk mendiskusikan tema yang diberikan untuk kemudian dipresentasikan secara
kelompok. Tanpa diduga, usai diadakan presentasi, kelompok kami terpilih
sebagai Best Presentation.
So
What?
Hari
Ketiga, kami diajak berkeliling Company Observation ke MNC News dan Jakarta Post. Di MNC News kami
disambut oleh Putra Nababan (News
Presenter). Ia sempat memberikan sedikit wejangannya pada kami sebelum
lebih jauh berkeliling ke dalam ruang-ruang pemberitaan Seputar Indonesia RCTI.
Hampir sejam lamanya Putra Nababan membagi pengalamannya sebagai seorang
jurnalis.
![]() |
Berkunjung di Redaksi RCTI |
“Dalam pemberitaan kami, selain 5W + 1H, dikenal
pula SW. Apa itu? So what? Jadi apa?”
ujarnya berapi-api. Ia melanjutkan, setiap jurnalis harus memegang prinsip itu.
So what? Maksudnya, setiap
pemberitaan itu harus memiliki pengaruh terhadap khalayak banyak. Jadi apa
pengaruhnya terhadap rakyat ini, rakyat itu, jika berita ini diturunkan? Jadi
apa efeknya? Begitulah yang dijelaskan olehnya.
Usai berkeliling di ruang-ruang pemberitaan MNC
News, kami selanjutnya diajak ke Jakarta Post.
Hari
berikutnya, training penulisan menanti. Kami diajak
untuk bereksplorasi tulisan-tulisan jurnalistik dalam beberapa bidang. Bidang
ekonomi, politik, juga hukum. Masing-masing bidang tersebut dibawakan oleh
pemater-pemateri yang berbeda. Ada Metta Darmasaputra (Tempo) yang lebih
menjurus ke materi mengenai jurnalistik ekonomi dan beberapa pemateri lainnya.
Pengalaman menimba ilmu di ibukota negeri itu
selama lima hari memberikan suasana baru bagi kami. Tak hanya ilmu, teman-teman
baru pun bertebaran sana-sini. Tentu saja, hal itu akan menjadi kenangan yang
patut diceritakan bagi teman-teman Lembaga Pers Mahasiswa di seluruh Indonesia.
Salam Persma!
Laporan Perjalanan : Asri Ismail/Imam rahmanto/Yusrianti Hanike