Friday, 25 January 2013

Menimba Ilmu di Kampus Kuning (UI, red)



Mendung menggelayut di atas langit kota Tangerang. Perlahan, pesawat mulai mengurangi deru turbinnya, pertanda akan melakukan pendaratan. Beberapa menit lagi pesawat yang mengantarkan kami dari kota Makassar akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Menuju Musholla UI
Saya bersama kedua rekan Profesi, Asri Ismail dan Yusrianti Hanike tiba di kota Tangerang lewat dari jam empat sore. Sambil menenteng-nenteng tas bawaan, kami turun dari pesawat. Riuh rendah suara pengunjung di bandara bercampur jadi satu. Kami masih harus menunggu beberapa menit sebelum salah seorang panitia, Bayu menjemput kami di bandara.

Lama berselang, seseorang berperawakan tinggi dan berambut gondrong menghampiri kami. “Dari Makassar ya?” tanya orang itu. Jelas sudah orang yang akan mengantarkan kami ke lokasi kegiatan Journalist Days. Usai berkenalan, kami berbincang sedikit dengannya.
Bus yang kami tumpangi dari bandara hanya bisa mengantarkan kami hingga ke Pasar 
Minggu. 

Dari situ, Bayu menjelaskan, seorang teman wanitanya akan datang menjemput kami. Tak disangka, teman wanitanya itu berparas cantik. Orangnya pun cukup ramah. Ia sempat menyapa dan berkenalan dengan kami. “Halo, nama saya Nadia,” ucapnya.
Menjelang waktu Isya, kami tiba di kampus Universitas Indonesia (UI). Kami langsung dibawa menuju tempat penginapan. Dijadwalkan, selama dua hari ke depan, kami akan menginap di  Asrama Mahasiswa UI. Akan tetapi, menurut Bayu, lokasi penyelenggaraan Journalist Days bukan di tempat ini. “Kalian nanti akan diantarkan LO masing-masing menuju ke lokasi kegiatan di Fakultas Ekonomi,” jelas Bayu. Sementara itu, ia akan mengurus persiapan kegiatan lainnya. Kami pun segera beristirahat setelah menempuh perjalanan yang panjang.

Seminar Tiga Sesi

Usai Prensentase
Hari pertama, kami mengikuti Seminar Nasional bertemakan Media dan Demokrasi. Seminar yang dihelat di Auditorium Soeria Atmadja FE-UI ini menghadirkan banyak tokoh-tokoh ternama dari berbagai media nasional. Sebut saja, Bambang Harymurti (Ketua Dewan Pers Indonesia), Agus Sudibyo, Atmakusumah Astraatmadjaya (mantan Ketua Dewan Pers Indonesia), Budiman Sudjatmiko (Anggota DPR RI), Budiarto Shambazy (Wartawan Kompas), Fadroel Rahman (Pemilik Pedoman News), Suryopratomo (Direktur Utama Pemberitaan Metro TV), Rosiana Silalahi, dan Sujiwo Tedjo.

Meskipun seminar terbagi dalam tiga sesi, namun secara umum tema yang dibahas berkisar pada masalah konglomerasi media. Disebutkan, beberapa media di Indonesia masih “dipegang” oleh tokoh-tokoh politik di Indonesia. Oleh karena itu, beberapa pemberitaan di media pun masih cenderung mengikuti arah keinginan owner media.

sesaat setelah memberi materi
“Independensi itu adalah keberanian mengambil sikap berdasarkan nurani kita,” tutur Bambang Harymurti dalam seminarnya. Ia menekankan para pekerja media untuk tidak perlu takut dalam mengambil sikap. Syndrom Blasphemy, ancaman pers bahwa orang-orang yang dianggap “suci” tidak boleh diberitakan tidak seyogyanya menjajah para pekerja media. Jika hal itu terjadi, wajar saat ini banyak bekembang mafia-mafia hokum.

Seminar yang paling menarik perhatian kami sekaligus para peserta lainnya adalah seminar pada sesi ketiga. Sesi inilah yang berhasil menyuguhkan sedikit humor di sela-sela keseriusan mengikuti materi seminar. Guyonan yang dibawakan oleh seniman, Sujiwo Tedjo ketika mengkritik media maupun pemerintah begitu ringan untuk disimak. Ia bahkan sempat meniru mimik pembawa acara infotainment di salah satu stasiun TV. Tentu saja hal itu disambut oleh gelak tawa para peserta seminar.

Diskusi LPM

Hari Kedua, kami digiring menuju perpustakaan pusat UI. Sekilas, kami dibuat takjub melihat bangunan mewah berlantai tujuh itu. Disanalah, di lantai  lima kami akan mengikuti Forum Diskusi Nasional bersama 8 Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) lainnya, diantaranya BP2M Balairung UGM, UAPM Inovasi, LPM Gema Keadilan Undip, Persma HMTI UGM, Edents undip, SKM UGM Bulaksumur, LPM Publica Health Undip, dan LPM Vonis Unpad.
Kami selanjutnya dibagi ke dalam tiga kelompok. 

Bersama kami, BP2M Balairung dan UAPM Inovasi membentuk kelompok diskusi untuk tema yang sebelumnya diajukan panelis. Kami diberikan waktu selama dua jam untuk mendiskusikan tema yang diberikan untuk kemudian dipresentasikan secara kelompok. Tanpa diduga, usai diadakan presentasi, kelompok kami terpilih sebagai Best Presentation.

So What?

Hari Ketiga, kami diajak berkeliling Company Observation ke MNC News dan Jakarta Post. Di MNC News kami disambut oleh Putra Nababan (News Presenter). Ia sempat memberikan sedikit wejangannya pada kami sebelum lebih jauh berkeliling ke dalam ruang-ruang pemberitaan Seputar Indonesia RCTI. Hampir sejam lamanya Putra Nababan membagi pengalamannya sebagai seorang jurnalis.

Berkunjung di Redaksi RCTI
“Dalam pemberitaan kami, selain 5W + 1H, dikenal pula SW. Apa itu? So what? Jadi apa?” ujarnya berapi-api. Ia melanjutkan, setiap jurnalis harus memegang prinsip itu. So what? Maksudnya, setiap pemberitaan itu harus memiliki pengaruh terhadap khalayak banyak. Jadi apa pengaruhnya terhadap rakyat ini, rakyat itu, jika berita ini diturunkan? Jadi apa efeknya? Begitulah yang dijelaskan olehnya.

Usai berkeliling di ruang-ruang pemberitaan MNC News, kami selanjutnya diajak ke Jakarta Post.

Hari berikutnya, training penulisan menanti. Kami diajak untuk bereksplorasi tulisan-tulisan jurnalistik dalam beberapa bidang. Bidang ekonomi, politik, juga hukum. Masing-masing bidang tersebut dibawakan oleh pemater-pemateri yang berbeda. Ada Metta Darmasaputra (Tempo) yang lebih menjurus ke materi mengenai jurnalistik ekonomi dan beberapa pemateri lainnya.

Pengalaman menimba ilmu di ibukota negeri itu selama lima hari memberikan suasana baru bagi kami. Tak hanya ilmu, teman-teman baru pun bertebaran sana-sini. Tentu saja, hal itu akan menjadi kenangan yang patut diceritakan bagi teman-teman Lembaga Pers Mahasiswa di seluruh Indonesia. Salam Persma!
  



Laporan Perjalanan : Asri Ismail/Imam rahmanto/Yusrianti Hanike

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...