Thursday, 20 December 2012

Sepenggal Asa untuk Dahlan Iskan



Kalau dikatakan kagum, iya benar aku sangat-sangat kagum dengan sosok tokoh satu ini. Hampir setiap debut pemberitaan dan informasi tentang beliau aku ikuti. Sekalipun, cerita-cerita tentang kehidupannya di masa lampau.

Kekagumanku terhadap beliau sebenarnya, baru muncul ketika beliau menjabat sebagai Menteri BUMN, gaya kepemimpinannya yang tegas tapi santai itu lah yang menjadikan beliau indah dalam pandanganku.


Belum lagi, sifatnya yang unik, nyentrik, sosial, dan bersahaja menjadikannya unggul dibanding pejabat lainnya. Pujian yang aku lontarkan ini mungkin saja banyak yang tidak sependapat dengan apa yang aku utarakan, tapi itulah yang riil aku rasakan.
Demi mengetahui seluk beluk beliau, aku rela meminjam buku sana-sini bahkan mencari info-info tentang beliau lewat internet dan beberapa jejaring sosial. Seperti yang aku ketahui, beliau ini memang sudah mandiri sejak kecil. Dalam kehidupannya serba pas-pasan, beliau mampu membantu keluarganya mencari nafkah. Satu hal yang terkadang membuat aku terkesima, ternyata beliau di masa kecil ia hanya memiliki sepasang pakaian dalam menjalani hidupnya.

Bahkan, diakuinya bahwa ia baru mendapatkan sepatu ketika ia menginjak masa SMA, dan itu dirawatnya sepatu itu hingga lulus sekolah.  Coba pikir, Beliau tercatat sebagai satu-satunya menteri yang hanya tamatan SMA. Sebenarnya, ia pernah mencoba menginjakkan kaki-nya di kampus, namun karena terbentur masalah dana, ia harus berhenti di tengah jalan.

Namun, itulah dia, bukan Dahlan namanya jika ia punya rasa putus asa. Kariernya pun dimulai dengan menjadi salah satu wartawan di media umum. Hingga ia berhasil membangkitkan kembali Jawa Pos, sebagai Koran terbesar di Indonesia. Padahal, indutri Koran ini hampir saja gulung tikar.
Lalu kemudian, ia menjadi direktur utama PLN yang mampu memberikan banyak perubahan yang sifatnya positif terhadap PLN di Indonesia. Dan terakhir, ia menjabat sebagai Menteri BUMN, mungkin teman-teman sering melihat berapa banyak terobosan yang telah dilakukan beliau.

Tapi sudahlah, aku tak ingin banyak bercerita tentang kisah-kisah inspiratif dari dia. Tentang kerasnya perjuangan beliau sampai mencapai titik kesuksesan.Terlalu banyak memakan waktu, sebab dia tidak pernah habis jika saya ceritakan.
Saya hanya mau bercerita tentang obsesi saya untuk bertemu dengan dia. Saya selalu membayangkan, bisa bertemu dengan dia, bertatap muka, dan berbincang-bincang secara langsung. Kalau pun tidak, aku hanya ingin melihat beliau secara langsung meskipun dalam kejauhan.

Aku tidak tahu, kenapa saya terlalu terobesesi dengan dia. Mungkin, karena banyak pengalaman-pengalamannya yang mampu membakar semangat hidup saya.
Waktu di Jakarta dulu, demi bertemu beliau saya harus dua hari bolak-balik dari Hotel tempat aku nginap ke Monas untuk jogging. Karena informasi yang aku dapat, beliau punya kebiasaan setiap usai sholat subuh, pasti dia datang ke pelataran Monas untuk lari-lari ataupun senam bareng orang-orang disana.

Tapi sialnya, ternyata hari itu beliau lagi tidak berada di tempat itu. Informasi ini aku dapat dari Satpam yang jaga di Kementrian BUMN. Alasannya, beliau lagi melayat atas kematian Menteri Kesehatan kala itu. Satu hal yang aku dapat dari satpam itu, katanya  Dahlan merupakan orang paling disiplin. “Iya, biasanya dia datang habis jogging, sekitar jam 6 pagi lah di sudah di kantor dan mandi disana. Bahkan, kami sering kalah duluan datang dari beliau,”kira-kira itu ungkapan yang dilontarkan Satpam itu. Iya, mau apalagi jadwal kepulangan aku bersama temanku ke Makassar pun tidak bisa ditunda, terpaksa aku gagal bertemu dengan beliau.

Lelaki penggemar sepatu Kets ini juga pernah bertandang di kampus, ia datang memberikan mata kuliah Umum di gedung Pascasarjana, namun sialnya, kala itu aku harus pulang ke Bone dengan urusan penting. Padahal, apa yang aku pikirkan kala itu, sepulang dari Bone, aku bisa ketemu dengan beliau. Tapi, mau apalagi, waktu yang tidak mampu mempertemukan saya.

Tak hanya itu, ketika saya melihat photo-photo teman seprofesi saya malah mengabdikan momen kebersamaannya dengan beliau sesuai member kuliah umum. Rasa iri muncul dibenak saya, bahkan aku seakan tidak percaya dengan kenyataan itu. Orang yang selama ini aku banggakan, ternyata bisa berfose bareng dengan sahabat aku. Irii……hehehheeh
Tadi (20/12) tidak sengaja, aku melihat jadwal kegiatan PR IV UNM di ruangnya. Saya sempat kaget juga, ternyata besoknya, dia punya agenda untuk Senam bareng dengan Dahlan Iskan.

Ah..pikiranku mulai terbuka, saya berpikir ada celah yang bisa membuat aku bertemu dengan beliau. Apalagi, kegiatan ini, malah dilakukan di kampus saya sendiri. Aku tidak bisa lagi bayangkan betapa senangnya, bila benar-benar aku bisa bertatap muka dengan dia. Kalau pun Tuhan tidak mengisinkan saya untuk berbicara langsung dengan beliau, cukup aku bisa menatapnya dari jauh, itu sudah cukup.

_Asri Ismail (21/12/12) Kamar Harapan





Comments
1 Comments

1 comment:

Anonymous said...

Indah betul gaya kepemimpinannya

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...