Kalau dikatakan kagum, iya benar aku sangat-sangat
kagum dengan sosok tokoh satu ini. Hampir setiap debut pemberitaan dan
informasi tentang beliau aku ikuti. Sekalipun, cerita-cerita tentang
kehidupannya di masa lampau.
Kekagumanku terhadap beliau sebenarnya, baru muncul
ketika beliau menjabat sebagai Menteri BUMN, gaya kepemimpinannya yang tegas
tapi santai itu lah yang menjadikan beliau indah dalam pandanganku.
Belum lagi, sifatnya yang unik, nyentrik, sosial,
dan bersahaja menjadikannya unggul dibanding pejabat lainnya. Pujian yang aku
lontarkan ini mungkin saja banyak yang tidak sependapat dengan apa yang aku
utarakan, tapi itulah yang riil aku rasakan.
Demi mengetahui seluk beluk beliau, aku rela
meminjam buku sana-sini bahkan mencari info-info tentang beliau lewat internet dan
beberapa jejaring sosial. Seperti yang aku ketahui, beliau ini memang sudah
mandiri sejak kecil. Dalam kehidupannya serba pas-pasan, beliau mampu membantu
keluarganya mencari nafkah. Satu hal yang terkadang membuat aku terkesima,
ternyata beliau di masa kecil ia hanya memiliki sepasang pakaian dalam
menjalani hidupnya.
Bahkan, diakuinya bahwa ia baru mendapatkan sepatu
ketika ia menginjak masa SMA, dan itu dirawatnya sepatu itu hingga lulus
sekolah. Coba pikir, Beliau tercatat
sebagai satu-satunya menteri yang hanya tamatan SMA. Sebenarnya, ia pernah
mencoba menginjakkan kaki-nya di kampus, namun karena terbentur masalah dana,
ia harus berhenti di tengah jalan.
Namun, itulah dia, bukan Dahlan namanya jika ia
punya rasa putus asa. Kariernya pun dimulai dengan menjadi salah satu wartawan
di media umum. Hingga ia berhasil membangkitkan kembali Jawa Pos, sebagai Koran
terbesar di Indonesia. Padahal, indutri Koran ini hampir saja gulung tikar.
Lalu kemudian, ia menjadi direktur utama PLN yang
mampu memberikan banyak perubahan yang sifatnya positif terhadap PLN di
Indonesia. Dan terakhir, ia menjabat sebagai Menteri BUMN, mungkin teman-teman
sering melihat berapa banyak terobosan yang telah dilakukan beliau.
Tapi sudahlah, aku tak ingin banyak bercerita
tentang kisah-kisah inspiratif dari dia. Tentang kerasnya perjuangan beliau
sampai mencapai titik kesuksesan.Terlalu banyak memakan waktu, sebab dia tidak
pernah habis jika saya ceritakan.
Saya hanya mau bercerita tentang obsesi saya untuk
bertemu dengan dia. Saya selalu membayangkan, bisa bertemu dengan dia, bertatap
muka, dan berbincang-bincang secara langsung. Kalau pun tidak, aku hanya ingin
melihat beliau secara langsung meskipun dalam kejauhan.
Aku tidak tahu, kenapa saya terlalu terobesesi
dengan dia. Mungkin, karena banyak pengalaman-pengalamannya yang mampu membakar
semangat hidup saya.
Waktu di Jakarta dulu, demi bertemu beliau saya
harus dua hari bolak-balik dari Hotel tempat aku nginap ke Monas untuk jogging.
Karena informasi yang aku dapat, beliau punya kebiasaan setiap usai sholat
subuh, pasti dia datang ke pelataran Monas untuk lari-lari ataupun senam bareng
orang-orang disana.
Tapi sialnya, ternyata hari itu beliau lagi tidak
berada di tempat itu. Informasi ini aku dapat dari Satpam yang jaga di
Kementrian BUMN. Alasannya, beliau lagi melayat atas kematian Menteri Kesehatan
kala itu. Satu hal yang aku dapat dari satpam itu, katanya Dahlan merupakan orang paling disiplin. “Iya,
biasanya dia datang habis jogging, sekitar jam 6 pagi lah di sudah di kantor
dan mandi disana. Bahkan, kami sering kalah duluan datang dari beliau,”kira-kira
itu ungkapan yang dilontarkan Satpam itu. Iya, mau apalagi jadwal kepulangan
aku bersama temanku ke Makassar pun tidak bisa ditunda, terpaksa aku gagal
bertemu dengan beliau.
Lelaki penggemar sepatu Kets ini juga pernah
bertandang di kampus, ia datang memberikan mata kuliah Umum di gedung
Pascasarjana, namun sialnya, kala itu aku harus pulang ke Bone dengan urusan
penting. Padahal, apa yang aku pikirkan kala itu, sepulang dari Bone, aku bisa
ketemu dengan beliau. Tapi, mau apalagi, waktu yang tidak mampu mempertemukan
saya.
Tak hanya itu, ketika saya melihat photo-photo
teman seprofesi saya malah mengabdikan momen kebersamaannya dengan beliau
sesuai member kuliah umum. Rasa iri muncul dibenak saya, bahkan aku seakan
tidak percaya dengan kenyataan itu. Orang yang selama ini aku banggakan,
ternyata bisa berfose bareng dengan sahabat aku. Irii……hehehheeh
Tadi (20/12) tidak sengaja, aku melihat jadwal
kegiatan PR IV UNM di ruangnya. Saya sempat kaget juga, ternyata besoknya, dia
punya agenda untuk Senam bareng dengan Dahlan Iskan.
Ah..pikiranku mulai terbuka, saya berpikir ada
celah yang bisa membuat aku bertemu dengan beliau. Apalagi, kegiatan ini, malah
dilakukan di kampus saya sendiri. Aku tidak bisa lagi bayangkan betapa
senangnya, bila benar-benar aku bisa bertatap muka dengan dia. Kalau pun Tuhan tidak
mengisinkan saya untuk berbicara langsung dengan beliau, cukup aku bisa
menatapnya dari jauh, itu sudah cukup.
_Asri Ismail (21/12/12) Kamar Harapan