Sebelum peniupan lilin |
Perlahan-lahan Himaprodi-ku mulai bangun, tapi ia
masih terbata-bata dengan tekanan keras yang menimpanya. Ia masih lelah ketika
setahun silam ia dipaksakan untuk tidur dengan kebijakan birokrat. Himaprodi-ku
seolah ditikam dari belakang, di tengah eksistensi-nya dalam memberi warna pada
kampus Ungu itu, ia ditendang bersama dengan saudaranya 23 LK yang ada di FBS. Kasian….
Wajah-nya murung memikirkan nasib-nya yang
terkatung-katung, para pengurusnya pun banyak berlari karena tersungkur rasa
takut. Ha..ha..Himaprodi-ku tertawa, ia tak menyangka orang-orang itu hanya
menginginkan manis-nya dikala namanya harum, di kala bunga-nya sedap dinikmati
mata. Tapi, ketika ia diambang kematian, malah orang-orang itu bersembunyi di
ketiak penguasa si pencuri yang telah merenggut kebahagian kami.
Himaprodi-ku, kami tak akan pernah meninggalkan-mu,
kami akan setia menemani langkah-mu. Biarkan mereka pergi bersama dengan
pilihannya. Kami masih menyimpan secuil nyawa untuk-mu.
Fhoto bersamaa |
Kami tak ingin nama-mu tak lagi terpampang pada
struktur Lembaga Kemahasiswaan, nama-mu tak lagi terwacanakan hingga zamanpun
menelannya. Kami pula tak ingin, kadermu terputus begitu saja, sebab dirahim-mu
kami tahu arti sebuah kehidupan, arti sebuah panggilan nama mahasiswa itu.
Kami banyak belajar dari kamu Himaprodi-ku. Kami
tak mampu membantah bahwa Bendera-mu pernah berkibar di tengah-tengah
pergulatan kelembagaan. Meski saat ini, yang ada hanya-lah nama, karena kami
belum jua menemukan tempat untuk kamu beristirahat.
Bersabarlah Himaprodiku, kami akan berusaha untuk
menemukan roh-mu kembali, biar senyuman itu kembali menghangatkan kami. Kami
berjanji, akan membeli mulut mereka yang telah menyepelehkan keberadaanmu, yang
menganggap remeh kamu Himaprodiku. Kalau perlu kami akan membeli benang dan
jahitan untuk menutup mulut mereka dari sengatan suara-suara sembilu yang
diperdengarkan kepada kami.
Meski saat ini, kami tak menafikkan bahwa kami
telah menduakan-mu, kami mencoba berdiri di Lembaga kemahasiswaan lainnya. Tapi,
kami berjanji tak akan pernah melupakan semua kenangan yang telah terukir kala
bersama-mu.
Ada sederet kisah yang terlukis dengan indahnya,
kami ukir bersama-sama, asam manis teraduk-aduk oleh arti sebuah perjuangan.
Perjuangan itu bernama pendidikan pembebasan.
Rasanya ada air mata berlinang, ketika kami bernaung
di rumah-mu Himaprodiku. Kami masih ingat, ruangan-mu hanyalah sebesar 4X3
meter, ditemani dengan inventaris-inventaris-mu. Namun, disitulah lahir sebuah
kretivitas dari pengurus-pengurusmu.
Kala kami harus turun ke jalan, di depan lampu lalu
lintas, menunggu kemurahan hati para pemilik kendaraan yang singgah disaat
lampu merah tiba. Kami berlomba-lomba membawa karton bekas sebagai tempat
sumbangan yang diberikan.
Kami tak pernah malu bernyanyi-nyanyi di tengah
jalan, dihadapan sejuta pasang mata yang menyaksikan kami “meminta-minta”. Ketika,
kami harus jualan kue dan permen, ketika kami harus jualan bubur baik itu di
kampus maupun di Pantai Losari, demi terlaksananya program kerja yang kami usung
yang bergaung nama-mu.
Sesaat usai berjulan di Pantai Losari, Makassar |
Kami juga tak pernah pikir, materi, tenaga dan
waktu kami yang korbankan, hehe..kami masih ingat saat sejumlah acara-mu
terhelat, ada banyak cerita yang tercipta. Ada yang berusaha menahan rasa
ngantuknya, ada tangisan disela-sela kesibukan, ada canda tawa. Semuanya lepas,
kami seolah bebas dengan segala regulasi yang ada saat ini.
Himaprodi-ku, kamu adalah wadah edukasi yang paling
baik buat kami. Dari-mu, kami belajar tentang kepemimpinan, kami belajar
tentang kebersamaan, kami belajar tentang manejemen, kami belajar tentang
pentingnya persaudaraan dari sebuah keluarga kecil yang kami bentuk.
Akhirnya, selamat Ulang Tahun Himaprodi PBSI-ku ke
-9, namamu terukir indah di hati kami. Kami sonsong tahun baru untuk
mengahdirkan-mu kembali.
Siapapun membaca mohon komentarnya!!!
_Asri Ismail (Kamar Peraduan, 31/12)