Tuesday, 25 December 2012

Belajar dari Keindahan Tanjung Bira

         Untuk ke-tiga kalinya saya bertandang ke Pantai ujung Bulukumba itu. Namanya Tanjung Bira, pantai yang mengandalkan keindahan laut yang luar biasa menjadi objek pandangan mata yang sangat menarik. Terutama tatanan bangunan yang berdiri disekitar pantai, sebuah kombinasi yang bagus, dimana  hadir sejumlah tempat istirahat, dengan desain tembok yang unik, cocok untuk area laut.

Sebenarnya perjalanan saya ke Daerah Bulukumba sudah beberapa kali, namun biasanya saya jarang menyempatkan diri untuk mengunjungi objek wisata andalan dari daerah itu. Saya pribadi tidak pernah merasa bosan menikmati sajian yang ada di area yang menyediakan pasir putih di pinggir pantai.

Dengan warna air laut yang biru, tampak ombak yang berkejar-kejaran hingga berhamburan di pinggir laut, dengan desirannya yang seolah-olah mengeluarkan musik yang berharmoni, menarik perasaan terhanyut dibuatnya. Saya tidak tahu, kenapa ketika berada disana saya seakan lupa akan masalah yang saya hadapi.

Mungkin ada yang belum pernah dengar namanya atau hanya sekadar tahu pantai itu tapi belum berkunjung?, saya perkenalkan dulu ya, Tanjung Bira itu salah satu kawasan wisata laut milik Kabupaten Bulukumba yang ada di Sulawesi-Selatan.

Di hari libur, kawasan itu selalu dipenuhi dengan wisatawan, baik lokal hingga mancanegara. Daya tarik pantai inilah mungkin yang menarik sejumlah wisatawan menimakti hari bebasnya dari sebuah pekerjaan, entah itu bebas dari  pekerjaannya sebagai pelajar atau pun sebagai pekerja kantoran.

Tak hanya itu, para wisatawan juga bisa belanja untuk ole-ole dari Pantai Tanjung Bira, sepanjang jalan dalam kawasan itu memang banyak penjual berjejaran. Tiap hari, memang para penjual menjajalkan barang jualnya disana. Mungkin saja, ini merupakan salah satu sumber penghasilan orang-orang yang tinggal disekitar area itu.

Ada yang menjual baju kaos bertuliskan “I Love Bira, Pantai Tanjung Bira”, keramik, bahkan batu-batu karang yang diolah menjadi gelang, kalung atau cinderamata yang unik tapi tetap menggunakan kekayaan laut Bira sebagai bahannya. Sebenarnya banyak sekali barang cinderamata yang dijajalkan disana. Pokonya segala barang yang ada tetap menggunakan bahan lokal yang menjelaskan identitas Pantai Bira itu.Tak hanya itu untuk memanjakan tamunya, pantai bira juga menyediakan sejumlah tempat nginap bagi para pengunjung.
Oh ya, sebagai bukti kepopuleran tempat wisata ini, sebagian dari wisatawan mancanegara malah lebih banyak menghabiskan waktu liburnya disana. Bahkan, dari Eropa juga banyak berdatangan.

Walau saya belum pernah menikmatiBali secara langsung saya berani bilang, Tanjung biara itu adalah Bali versi Sulsel. Hehehe…

Oh ya, kemarin (24/12) saya bersama teman-teman dari PROFESI, coba hadir lagi menikmati keindahan pantai itu. Kami menghabiskan hari kami disana hingga maghrib tiba. Satu hal yang saya syukuri, saya malah bertemu dengan wisatawan asing asal Inggris, dia mengaku namanya Peter Laud, kalau saya taksir umurnya kira-kira 50 tahun-an. Kami pun, tak mau menyianyiakan kesempatan itu, saya dan beberapa teman saya berfose bareng dengan dia.
Peter laud, adalah seorang perantau yang sudah datang ke Indonesia sejak 7 tahun lalu. Hobinya memang melancong dengan mengelilingi daerah-daerah strategis yang ada di Indonesia.Kebiasaan lainnya untuk menunjang hobinya, ya dia selalu mengabadikan momen dalam setiap perjalanannya dan pastinya ditemani kamera pribadi miliknya, dia ahli IT juga loh, itu katanya…hehehehe

Saya senang bisa bertemu dengan bule itu, meski saya pribadi masih terbata-bata berbahasa Inggris dengannya, untungnya ada beberapa teman saya fasih berbahasa Inggris, jadi pertemuan kami tidak terkesan kaku. Lagi pula, dia sudah sedikit mengetahui kosakata bahasa Indonesia.

Saya baru sadar, belajar bahasa Inggris secara praktis, akan lebih muda dipahami dibanding secara formal. Saya dengan salah satu teman saya, ya “sambil menyelam minum air”, disamping punya kenalan baru orang bule, juga bisa belajar bahasa inggris dengannya. Sekira 3 Jam kami bersama bule itu, kami juga bersama berjalan-jalan menyuri pantai sambil menyaksikan orang-orang disekitar pantai dengan beragam aktivitasnya. Ada yang lagi menaiki Banana Boat, main pasir, main bola, hingga berkejar-kejar dipinggir pantai, ada juga yang hanya diam melihat pantai dan orang-orang yang ada disana.

Sayangnya, Peter laud, mengaku tidak punya agama. Dia secara terang-terangan tidak memercayai akan adanya Tuhan. “Where is your God?,” seperti itu petikan kata yang saya tangkap dari dia. Katanya, yang dia percayai, hanyalah apa yang dia lihat, rasakan dan apa yang dia dengar.

Tapi kami hargai itu, kami menganggap itu pilihan hidupnya. Yang jelas, kami belajar banyak dari bule itu. Oh ya, sebelum pulang dia membagi-bagikan akun web-nya ke kami, katanya sih untuk share aja. Katanya sih, tinggal searching namanya di Google.
Tapi ya sudahlah, pokonya hari itu aku tidak hanya menimakmati pantai Tanjung Bira tapi dapat ilmu juga dari Bule yang bernama Peter Laud itu.

_Asri Ismail  (In education room, LPPM Profesi)

Comments
0 Comments

No comments:

Entitas dari cerita itu lahir dari perenungan atas ide dan bahasa mewadahi perlakuannya. Menulislah...